Siapa penguasa diri kita atas pendidikan media teknologi informasi yang serba deras
Siapa penguasa diri kita atas pendidikan media teknologi informasi yang serba deras
Pembuka
Diri kita di di pimpin oleh siapa? siapakah yang menguasi diri kita? apakah yang di luar diri kita? ataukah yang di dalam diri kita?. Ya pertanyaan itu terdengar klise dan sudah banyak sekali di bahas dalam berbagai konten. Mungkin seperti dalam teori Filsafat yakni Stokisme. Sampai hari ini kita masih harus hidup? hidup mengikuti putaran dunia yang tak pernah berhenti waktu tak menunggu kita di saat kita sedang istirahat dan sebaliknya.
Hidup setiap harinya adalah belajar, dimanapun? kapanpun? bersama siapapun?. Kenapa bisa, karena semuanya sudah ada di dalam genggaman yang sangat erat layaknya balonku ada lima ciptaan A.T Mahmud. Tapi apakah kita sanggup menggenggamnya? Jika tidak berati semuanya hanya kaan tumpah begitu saja tanpa sisa. Apa yang membuat tak sanggup menggenggamnya, kenapa tidak di masukan ke dalam ember, atau baskom barangkali. Ya itu kondisi jika sebenarnya dari naak muda ingn belajar dari media teknologi tapi entah satu faktor inern atau ekstern atau justru media itu sendiri.
Pendidikan secara formal di sekolah memang tak bisa di akses semua insan di bumi ini, wa bil khusus Indonesia. Menjadi hal yang biasa jika semua orang tahu bahwa di media manapun ketika akan belajar sesuatu sudah tersedia. Pun demikian tak semua anak memiliki kualitas pengayoman dari orang tua dengan segala latar belakang mungkin sibuk bekerja, dll. Pun dengan mengakses klik klik klik akan mendapati apa seharusnya tugas anak dan mengetahui alasan kenapa orang tuanya memutuskan demikian. Paling ahir masyarakat, bersosial memang si sosial media bersosial juga tapi bukan itu. Berhubungan dengan manusia lain di masyarakat yang minimalnya srawung atau ngobrol pun menajdi hal yang miris bagi anak muda, belum membhas soal bahasa yang di gunakan.
Pembahasan
Dalam Sosiologi Pendidikan belajar tentang hubungan individu dan masyarakat, Pendidikan dan SDM, lingkungan sosial, fungsi sekolah pada masyarakat serta apa hubungan pendidikan dengan pembaruan. Dalam salah satu diskusi membawa pada Trilogi pendidikan menurut ki hajar dewantara, satu Pendidikan di rumah, di Sekolah dan di Masyarakat. Dan di haruskannya di zaman yang serba serbi modernitas pendidikan menambahkanya satu yakni pendidikan di media sosial atau bisa juga teknologi.
Realita pada kehidupan nyatanya ialah kita hidup di Indonesia, tinggal di kota Purwokerto, Jogja, atau Jakarta. Orang tua kita telah memberi banyak sekali pengajaran, pola asuh, pola didik sedari kita kecil hingga dewasa. Namun sebelum teknologi media dan gadgedt smartphone hadir, setelah ia hadir peran orang tua bisa terbilang berkurang mungkin ngga relevan untuk yang di daerah tapi hari ini dari data aplikasi yang sangat rame tiktok, snack video, fb yang pasti sudah di install di hape yang ada di rumah kita. Sedang jika kita pergi ke sekolah pembahasan materi juga akan mengikuti.
Penguasaan modernisasi kini melibatkan manusia dan sekelompok yang mampu memanfaatkan serta mengendalikan arusnya. Kekuasaan digital merujuk pada pengaruh signifikan yang dimiliki oleh teknologi informasi dan media sosial dalam mengubah berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam bidang sosial, budaya, politik, dan ekonomi. Teknologi ini telah merevolusi cara kita berkomunikasi, membuat interaksi tidak lagi terbatas oleh ruang dan waktu. Namun, di balik berbagai manfaat yang ditawarkan, terdapat dampak negatif, seperti ketergantungan pada teknologi dan penurunan interaksi langsung antar individu.
Media sosial memegang peranan krusial dalam dunia politik modern. Ia berfungsi sebagai platform yang efektif untuk memengaruhi opini publik, membangun identitas politik, dan memobilisasi massa. Dengan demikian, individu atau kelompok yang mampu menguasai media sosial memiliki potensi besar untuk memengaruhi masyarakat secara luas.Perkembangan teknologi informasi juga membawa dampak signifikan terhadap budaya dan norma masyarakat. Kini, masyarakat cenderung lebih mengandalkan teknologi untuk komunikasi dan interaksi sosial, yang pada gilirannya dapat menyebabkan perubahan dalam nilai-nilai budaya. Hal ini menciptakan ketergantungan pada teknologi dan mengubah cara individu berinteraksi satu sama lain.
Secara keseluruhan, penguasaan atas teknologi informasi dan media tidak hanya berkaitan dengan kemampuan teknis, tetapi juga memerlukan pemahaman mendalam mengenai dampak sosial dan budaya yang ditimbulkan oleh penggunaan teknologi tersebut.
Belum ada Komentar untuk " Siapa penguasa diri kita atas pendidikan media teknologi informasi yang serba deras "
Posting Komentar