Tata Cahaya dalam teater menurut saya kisto (pengertian, jenis lampu, dan tugas penata cahaya) - TAJUK KISTO

Tata Cahaya dalam teater menurut saya kisto (pengertian, jenis lampu, dan tugas penata cahaya)

 Tata Cahaya dalam teater menurut saya kisto (pengertian, jenis lampu, dan tugas penata cahaya)

Pentaan cahaya pentas Janji Kilisuci TA Teater ISI Yogyakarta



Baca Juga

Pengertian :


Tata Cahaya dalam teater menurut saya adalah penataan segala bentuk benda yang menghasilkan cahaya dalam sebuah pementasan teater, contohnya lampu, api, senter danlainya yang dimana Penataan cahaya di tujukan untuk menyinari apa yang ada di dalam panggung. 


Di balik jenis 


Di balik jenis tata cahaya biasanya di pengaruhi oleh tim produksi dalam sebuh pementasan. Keputusan akan menggunakan lampu jenis apa dan berapa watt juga sangat mungkin di tentukan dimana tempat di gelarnya pentas teater. Yang di maksud Tim produksi adalah tim yang mengurusi bagian penunjang pementasan, dalam hal ini kebutuhan pencahayaan panggung, jika yang pentas dari seniman besar dan yang sudah profesional atau misalnya dalam hal pendanaan besar pastilah akan menggunakan lampu lampu panggung yang memiliki kualitas saat di gunakan dalam pementasan. Namun lain cerita jka Tim produksi dari teman teman mahasiswa atau SMA pastilah yang jelas harus ngurus tempat pentas, pastilah akan meminjam dari persewaan yang ada di sekitar mereka, atau jika pentas di gedung kesenian maka akan menggunkan yang aad di daalam gedung. 


Lampu :


Kalo berbicara model lampu ada beberapa referensi yang paling umum di gunakan dalam pertunjukan teater :


1. Lampu par spot 


Lampu par spot, lampu par can spot lampu yang di gunakan secara pertitik dalam menyinari panggung teater. biasanya menggunakan jika mengacu di dalam sebuah gedung kesenian maka akan menggunakan lampu par can 1000 watt. Atau jika tidak ada jenis tersebut maka biasanya atau umumnya menggunakan lampu par spot dari philips 120 watt. Secara fungsi sama untuk spot ke area yang ingin di sinarkan, namun secara jenis cahaya yang di keluarkan akan berbeda. Karena lampu par can 1000 wat akan lebih terang di bandingkan philips 120 watt, namun tinggal di sesuaikan di konsep pementasan dan tentunya budget anggaran dari produksi pementasan. 



2. Lampu ambience atau suasana 


Lampu suasana hadir untuk meningkatkan emosi penonton, menambah efek dramatis atau kesan suasana tertentu, Untuk jenis ini bisanya menggunakan Lampu PAR LED 180watt atau sejenisnya. Secara pemasangan lampu ini bisa dari segala sisi baik depan, kiri, kanan dan belakang. Tinggal disesuaikan oleh penata cahaya dalam menyajikannya ke penonton, tentu dengan persetujuan dengan sutradara. 


3. Lampu tamabahan 


Entah selalu akan hadir dalam pementasan atau tidak namun lampu ini biaasay muncul dari tim lain yang dalam pengemasan konsepnya memberikan cahaya dalam pembawaanya di atas pentas. Misalkan dari tim busana yang menghadirkan kostum ada lampu dan nyala, atau dari tim sett yang menghendaki artistik buatannya memiliki cahaya yang keluar dari bentuk propertinya, atau bahkan jika saat tim musik memainkan musik secara live ingin di sorot dengan lampu. Dan area potobooth penonton yang minta di kasih lampu supaya lebih bagus. Hal hal ini bisa saja terjadi maka untuk antisipsinya harus merencanakan dengan matang ketika akan melakukan pementasan teater. 



Tugas penata cahaya : 



1. Mempelajari naskah 


Untuk dapat mengerti sebuah cerita yang akan di bawakan, maka seorang atau tim penata cahaya haus mempeljari naskah. Dalam mempelajari naskah tim penata cahaya haruslah mengikuti serangkaian proses produksi yng di gelar sebelum latihan. Mempelajari naskah bisa dengan datang saat bedah naskah, bedah naskah bisanya di lakukan sutradara sebelum latihan berjalan. Di bedah naskah kita bisa bertanya atau mengeluarkan pendapat untuk dapat bisa memahami hal ahal apa saja yang kan di kemas ke dalam pentas nantinya. 


2. Mempelajari konsep artistik panggung


Tim penata cahaya juga harus mempelajari apa apa saj yang akan di hadirkan oleh tim tata panggung. Seperti bentuk, warna, besar dan penempatan yang akan hadir ke dalam panggung, ini menjadi penting karena tim tata cahaya akan berkolaborasi nantinya ketika design panggung sudah fix baru dari tim penata cahaya bisa membuat konsep lampunya. 


3. Mempelajari adegan di atas panggung


Sama halnya dengan tadi, karena tim tata cahaya akan memberikan pencahayaanya ke atas panggung, dan yang berada di atas panggung termasuk aktor maka mengetahui adegan menjadi langkah selanjutnya. Mengetahui pergerakan atau move atau perpindahan aktor dalam setiap cerita, ketika data ini sudah dapat lalu di gabungkan dengan konsep dari tata panggung.


4. Mempelajari warna busana 


Cahaya yang di hadirkan oleh tim penata cahaya tentu berdasar pemeran di atas panggung, dan pemeran ketika pentas pastilah menggunakn kostum,sama halnya dengan dua tim tadi tahap berikutnya ketika di busana adalah warna, supaya warna warna yang akan di sorotkan di panggung tidak bentrok dengan warna dari tim busana. 


5. Mempelajari penekanan simbolis atau realis dari sutradara 


Dalam pementasan pastilah ada sesuatu yang ingin di tampilkan ke penonton, namun keseluaran cerita tidak mungkin akan di tonjolkn pastilah ada yang di buat lebih suspen, ketika data ini berhasil di dapat dari tim penata cahaya bisa menambahkan tau memberikan karakter cahaya yang lebh berbeda hal ini untuk penanda bahwa dalam part ini atau adegan di ingin di suspen lebih, tujuanya supaya delivery lebih sampai ke penonton.


6. Membuat design penataan cahaya 


Setelah data data tadi terkumpul dengan lengkap maka step berikutnya adalah enuangkany dalam light plot, bia di gmbar secara manual di kertas asalkan jelas jumlah lampu, arah lampu, fungsi lampu harus tertuang di sana. Jumlah lampu bisa terdiri lampu plot ada beraapa, dan di arahkan ke titik panggung sebelah mana, kemudian jika ada lampu suasana di gambarkan jumlah dan penempatannya juga, terus jika d lampu tambahan pun demikian penempatan harus di tuangkan dalam light plot. Serta konsep disini juga harus mengikuti kemampuan alat ang di miliki dari tim produksi, jika alat ngga bisa minta di pinjamkan, atau kalo ada budget anggaran bisa belanja. 


7. Menerapkan dalam latihan 


Setelah design acc oleh sutradara selanjutnya tinggal penerapan saat latihan, perlunya hadir dalam latihan tim penata cahaya juga bisa menerapkan asil jerih payah dalam membut design, karena di step ini akan tahu hasil dari konsep yang di ajukan sebelumnya. Disini jika ternyata konsep masih jauh dari harapan jadi masih ada waktu untuk perbaiakn,tapi jika sudah aman dan masih ada celah untuk eksplorasi jika waktunya masih ada pun hal demikian bisa di kerjakan. Intinya mencoba lampu ke latihan akan menjadi penting, jangan cuman pas hari H baru maasang, karena akan sangat kedagar dagar jika ada kendala. 


8. Finishing 


Setelah penerapan langkah berikutnya menyempurnakan pa yang di rasa kurang dari step tadi. Jika aman bisa fokus penerapan saat latihan, dan persiapan lainya supaya harri H menjadi lebih ringan pekerjaanya. Jadi itu dia beberapa yang perlu di kerjakan oleh penata cahaya baik tim maupun perorangan atau mandiri. Pada intinya cahaya akan sangat terasa ketika pementasan berjalan dan akan seperti apa cahaya cahaya yang muncul ketika pentas tergantung dari tim penata cahaya seperti dalam mewujudkan apa apa yang di dalam naskah dalam interpretasi tim penyaji dan imajinasi visual penata cahaya. SEE YOU  

 


Belum ada Komentar untuk " Tata Cahaya dalam teater menurut saya kisto (pengertian, jenis lampu, dan tugas penata cahaya)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel